Headlines News :
Home » , » Membangun Aceh - Kebangkitan Sejarah untuk Masa Depan

Membangun Aceh - Kebangkitan Sejarah untuk Masa Depan

Written By Unknown on Selasa, 25 Desember 2012 | 12/25/2012 08:07:00 PM

Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia. Terletak di geografis yang sangat mendukung untuk kepentingan bisnis dan ekonomi ditambah lagi dengan hasil kaya alam yang melimpah ruah.Dengan semua dukungan secara alam, sebenarnya Aceh dapat menjadi daerah yang sangat maju, teratur, dan mempunyai sistem yang jelas.

Kalau kita melihat masa kejayaan Aceh Pada masa pemerintahan Sultan IskandarMuda (1607-1636) Kerajaan Aceh Darussalam telah mencapai puncak kejayaannya tidak hanya di bidang pengembangan agama islam, melainkan juga dalam bidang politik, perdagangan dan pendidikan. Sehingga pada masa itu Aceh merupakan salah satu dari Kerajaan Besar Islam di dunia, seperti dikutip dalam buku Solichim Salam (1995) ada lima diantaranya adalah:


1. Kerajaan Usmaniyah di Istambul (Turki)
2. Kerajaan Maroko di Rabat (Afrika Utara)
3. Kerajaan Isfahan di Persia (Timur Tengah)
4. Kerajaan Moghul di Agra (Anakbenua India)
5. Kerajaan Aceh Darussalam di Aceh ( Asia Tenggara)

Dengan letak yang sangat strategis dan sebagai gerbang Nusantara di barat Indonesia, Aceh pernah disinggahi oleh pengembara Italia Marco Polo (1252-1352) yang pernah berkunjung ke Perlak. Kemudian, Ibnu Battuta (1304-1378) atau disebut juga Sjamsuddin Muhammad beliau merupakan seorang pengembara muslim seperti juga ditulis dalam buku “The Adventures of Ibn Battuta: A Musllim Traveler of the 14th Century atau Traveling Man: The Journey of Ibn Battuta 1325-1354. Dan masih banyak lagi para pengembara terdahulu yang telah menyinggahi Aceh. Ini menandakan bahwa Aceh merupakan sesuatu tempat yang dikenal dan mempunyai keunikan dan kelebihan tersendiri baik dalam bidang perdagangan, kebudayaan dan pendidikan agama islam sehingga Aceh menjadi perhatian para peneliti barat maupun timur.

Tidak hanya di dunia luar, Aceh pernah menjadi sentra kekuatan politik, agama, pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Seperti tercatat dalam sejarah, semenjak proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Aceh tercatat sebagai daerah modal serta basis perjuangan melawan penjajah selama masa perjuangan fisik. Seperti diketahui Banda Aceh pernah menjadi ibukota PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) pada tahun 1949 dibawah masa pimpinan Sjafruddin Prawiranegara setelah jatuhnya ibukota RI ke Yogyakarta maupun Bukittinggi. Akan tetapi Banda Aceh belum pernah jatuh ke tangan Belanda sampai Belanda angkat kaki daribumi Indonesia di tahun 1950. Dengan demikian Aceh menjadi kebanggaan seluruh Bangsa Indonesia yang cinta kemerdekaan.

Aceh telah melewati banyak pengalaman baik berupa kejayaan, konflik, dan juga bencana.Ini seharusnya menjadi pengalaman berharga untuk membangun Aceh yang lebih maju .Melihat Negara-negara maju, bukan halnya dari program - program pemerintahnya saja. Akan tetapi dari kemauan setiap individu untuk maju dan mencari peluang. Karena jika setiap individu itu mandiri dan menjaga kebersamaan serta keamanan, kemajuan itu akan datang dengan sendirinya.

Individu – individu di Aceh dikenal mempunyai semangat perjuangan dan kebanggaan yang tinggi. Ini merupakan modal utama untuk melangkah. Seperti yang digambarkan sejarah mengenai Rencong Aceh yang dibuat untuk berjuang melawan musuh dan di design dengan penuh makna dan arti simbolik yang bertuliskan Arab dengan singkatan Baa, Siin, Miim, Laam, dan Haa – Kepanjangandari kata “Bismillah”. Oleh karena itu bentuk ujung gagang rencong bengkok keatas seperti bentuk huruf pertama dalam kata “Bismillah”.

Dengan modal inilah Aceh dapat melangkah kearah yang lebih maju, dan saling menjaga keamanan disetiap individu dan terbuka terhadap orang pendatang dan menganggap sebagai keluarga. Karena dengan bersifat terbuka terhadap bangsa dan suku manapun mencegah terjadinya konflik dan mempercepat pembangunan.

Setiap kota pesisir biasanya masyarakatnya lebih dinamis dan lebih terbuka, dihalkan karena seringkali terjadinya interaksi perkenalan dan pertukaran nilai-nilai dan budaya, nilai budaya itu akan diserap dan dicerna serta disesuaikan dengan nilai budaya yang telah dimilikinya. Seperti diketahui masyarakat Aceh itu terdiri dari ras Bangsa Arab, Turki, India, Persia, Cina, danEropa. Mereka akhirnya menyatu dan membaur menjadi orang Aceh. Adapun mereka yang datang ke Aceh ini adalah termasuk Bangsa-bangsa yang telah memiliki budayadan peradaban yang tinggi dan banyak mereka yang menikah dengan masyarakat setempat.

Dengan adanya semangat dan hubungan sejarah, sangat memungkinkan Aceh untuk dapat menjalin hubungan dengan dunia luar melalui media komunikasi yang sudah canggih ini.Hubungan dengan dunia luar tidak hanya melalui pemerintah atau G2G (Government to Government) saja tapi dari masyarakat Aceh itu sendiri seperti perkembangan dunia bisnis khususnya perdagangan export-import serta bisnis-bisnis lainnya.

Mungkin dalam hal teknis terdapat beberapa persoalan seperti komunikasi atau bahasa, akan tetapi itu tidak akan menjadi penghambat untuk selamanya asalkan masyarakat itu mandiri dan terus berusaha. Dengan menciptakan semangat terdahulu dapat membangun pembangunan dan semangat untuk masa depan.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar