Presiden Soekarno merupakan salah satu pemimpin dunia yang sangat
idealis. Sepanjang pemerintahannya beliau berusaha untuk membangun
negara berdasarkan kemandirian . Hal tersebut mendorongnya untuk anti
terhadap imperialism yang pernah bercokol lama di Indonesia. Soekarno
membagi dunia menjadi 2 kubu, Pertama kubu OLDEFO atau Old Emerging
Forces, terdiri dari pemerintah-pemerintah negara industri kapitalis
bersama-sama elite feudal dan kompradore di negara-negara sedang
berkembang. Di sisi lain terdapat NEFO, atau New Emerging Forces, yang
merupakan pemerintah, bangsa, dan rakyat progresif negara sedang
berkembang serta bersama-sama rakyat-rakyat progresif di negara industri
kapitalis. Bung Karno yang lebih condong ke NEFO dan dekat dengan Rusia
sangat anti terhadap Pemerintah AS yang ingin menancapkan kekuatan
impperialismenya di dunia.
Pemerintahan Soekarno sangat mengusik AS, bahkan semakin menguat dengan
terjadinya Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Genewa 21
November 1963. Menurut beberapa pendapat, AS melalui CIA telah berusaha
menghancurkan kesatuan NKRI dengan memberikan bantuan pada kelompok
sparatis seperti RMS dan dalam perebutan Papua Barat antara
Indonesia-Belanda. Beberapa percobaan pembunuhan Soekarno tahun 50-an
disinyalir melibatkan peran CIA. Akhirnya tahun 1956, CIA merekrut
sejumlah elit Indonesia untuk dididik di AS yang kemudian dikenal
sebagai Mafia Berkeley secara diam-diam, juga merekrut sekelompok
perwira Angkatan Darat untuk dijadikan Our Local Army-Friend. Lewat
silent-operation, Soekarno akhirnya berhasil dikudeta di tahun 1965 dan
naiklah Jenderal Harto sebagai penggantinya.
0 komentar:
Posting Komentar