Dalam kaitan dengan bagimana umat Islam dalam sejarah, sejak lama penjajah melakukan pendistorsian atas sejarah.
Mereka ingin menggambarkan betapa bangsa Indonesia menjadi maju tatkala diperintah raja-raja Hindu dan Budha.
Datangnya Islam tidaklah menghapuskan kehinduan mereka. Bahkan dalam
kondisi zaman sekarang pun kehinduan itu tetap eksis. Contohnya adalah
penulisan sejarah Prabu Siliwangi, raja orang Sunda yang dianggap punya
kesaktian luar biasa, dan demi mempertahankan keyakinan hindunya, ia
berubah menjadi harimau, sering muncul di hutan larangan yang bernama
Hutan Sarongge di gunung Salak, sedangkan keturunannya seperti
Suryakancana menguasai gunung Gede, menikahi jin (entah bagaimana wujud
manusia ketururunannya yang hasil blasteran manusia dan jin ini), bahkan
melalui tapa brata dan ritual-ritual khusus Prabu Siliwangi atau eyang
Suryakancana ini bisa diundang datang, mungkin menghadiri resepsi atau
syukuran atas maksud-maksud tertentu. Demikian cerita seterusnya
berkembang dalam tradisi lisan dan dongeng orang Sunda.
Tahukah anda, dalam buku Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah,
bersumberkan buku Carita Purwaka Caruban Nagari yang ditulis Pangeran
Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi (PS) ternyata masuk Islam.
Ia menikah dengan seorang wanita bernama Nyai Subang Larang, seorang
santri putri Syekh Hasanudin yang dikenal sebagai Syekh Qura yang
bermukim kalau sekarang di karawang jawa barat.
Nah dari pernikahannya ini lahirlah tiga orang anak : Walang Sungsang
(lk), Nyai Rara Santang (pr), dan Raja Sangara/Prabu Kyan Santang (lk).
Nyai Rara Santang dinikahi Maulana Sultan Mahmud atau Syarif
Abdullahpun, seorang Arab turunan Bani Ismail, kemudian berputera yang
diberi nama Syarif Hidayatullah yang kemudian dikenal dengan sebutan
Sunan Gunung Jati.
Jadi salah seorang wali sanga itu ternyata cucu PS. Dengan demikian
tidaklah benar cerita yang menyatakan PS sebagai seorang Hindu, bahkan
rela meninggalkan istananya hanya untuk mempertahankan kehinduannya.
Cerita ini sesungguhnya berasal dari penjajah Belanda.
Bertujuan mengaburkan peran Islam dalam sejarah bangsa Indonesia karena
keengganan menerima kenyataan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan
cara-cara damai, di antaranya melalui pernikahan campuran, hidup penuh
sikap toleran bersama-sama umat Hindu serta berpengaruh besar dalam
pembentukan tatanan sosial dan kultural bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar