Pasangan Proklamator Republik Indonesia Soekarno-Mohammad Hatta dianugerahi gelar pahlawan nasional hari ini. Pemberian gelar dinilai terlambat. Efek yang akan muncul, dipastikan para pendukung Soeharto juga akan mendesak pemerintah agar memberikan gelar pahlawan nasional pada presiden kedua ini.
"Ironinya justru desakan agar Soeharto dijadikan pahlawan lebih keras terdengar daripada gelar pahlawan untuk Soekarno-Hatta. Hal ini bisa dipahami, elite-elite politik sekarang banyak yang masih merupakan anak buah Soeharto," kata pengamat politik Ray Rangkuti saat berbincang dengan wartawan, hari ini.
join_facebookjoin_twitter
Pemberian gelar bagi Soekarno-Hatta ini akan memicu para pendukung Soeharto. Apalagi mereka yang dulu mendapat posisi enak dan kini tersingkir. Mereka akan memperjuangkan kembalinya Orde Baru sekuat tenaga.
"Mereka akan berfikir Soekarno kini sudah jadi pahlawan. Tak ada alasan tak memberikan gelar pahlawan pada Soeharto," kata Ray.
Namun Ray menilai pemberian gelar pahlawan bagi Soekarno dan Soeharto adalah dua hal yang berbeda. Soekarno dengan segala perannya bagi republik layak disebut pahlawan. Tapi tidak bagi Soeharto yang menggunakan intimidasi dan kekerasan untuk melanggengkan kekuasaannya. Banyak pelanggaran HAM yang dilakukan Orde Baru dan masih belum terungkap.
"Tidak bisa hanya karena Soeharto membangun gedung dan jembatan lalu digelari pahlawan. Dulu kita pernah minta ke Mahkamah Konstitusi agar Soeharto dan para pelanggar HAM tidak diberi gelar pahlawan nasional. Tapi permohonan kami ditolak," terang Ray.
Saat ini, partai Golkar menggulirkan wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto. Keinginan Golkar menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional didasarkan pada sejumlah pertimbangan.
Pertama, Golkar melihat Indonesia sebagai bangsa besar perlu melakukan rekonsiliasi dengan masa lalu. "Kita perlu berdamai dengan sejarah," kata Ketua DPP Partai Golkar, Hajriyanto Y Tohari saat dihubungi wartawan, di Jakarta, hari ini.
Kedua, Golkar melihat setiap pemimpin pada dasarnya selalu ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Karena itu, kata Hajriyanto, sudah sepatutnya segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki pemimpin tetap mesti diapresiasi. "Sebagai manusia seorang pemimpin ada kekurangan itu manusiawi," imbuhnya.
Ketiga, masih kata Hajriyanto, nilai-nilai Pancasila mengajarkan agar bangsa Indonesia tidak memiliki sifat pendendam. Hajriyanto percaya semangat berdamai dengan masa lalu, akan menjadi modal besar bangsa ini untuk maju.
Saat ini keinginan Partai Golkar menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional baru pada tahap usulan. Golkar, kata Hajriyanto, belum mendaftar secara resmi usulan mereka kepada pemerintah. "Kita berharap di masa mendatang usulan ini akan semakin diperkuat
0 komentar:
Posting Komentar