Headlines News :
Home » , , , , , , , , » Soekarno bersama Yamin merekayasa teks hasil Kongres 1928

Soekarno bersama Yamin merekayasa teks hasil Kongres 1928

Written By Unknown on Senin, 29 Oktober 2012 | 10/29/2012 09:34:00 PM


Presiden Soekarno mengubah teks Sumpah Pemuda. Dia mengganti bait ketiga keputusan kongres pemuda tahun 1928. Kalimat "Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia." menjadi Kami putera-puteri Indonesia, mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Soekarno pun merekayasa peringatan Sumpah Pemuda untuk kepentingan politiknya. Saat itu periode 1950, Republik Indonesia menghadapi banyak gerakan separatis dan pemberontakan. Indonesia yang masih balita terancam terpecah-pecah. Dari luar muncul imperialisme, pemaksaan ideologis Blok Barat dan Blok Timur.

"Seperti manusia, negara tidak bisa bertahan hidup tanpa adanya mitos. Bagi Soekarno kita punya mitos ikatan batin, satu kesatuan lewat Sumpah Pemuda. Soekarno menggunakan sejarah untuk membangkitkan persatuan. Menafikan segala hasrat perbedaan sedang menghadapi tantangan zaman, yang bisa memecah belah balita Republik Indonesia," kata JJ Rizal saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/10).

Salahkah Soekarno?

"Ini sudah bukan salah atau benar. Bagaimana sejarah itu visinya yang diambil, bukan terus berkutat di sejarah itu sendiri. Kita bicara sumpah pemuda, bukan lagi sejarah tapi politik," tambah sejarawan muda ini.

"Soekarno bersama Yamin merekayasa teks hasil Kongres 1928 memberi muatan yang memperlihatkan tuahnya kesatuan," tambahnya.

Maka Sumpah Pemuda pun benar-benar digunakan Soekarno untuk menekankan pentingnya Sumpah Pemuda. Perayaan Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober digelar besar-besaran.

Tahun 1958, pemerintahan Soekarno menghadapi pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta di Sumatera dan Sulawesi (PRRI-Permesta). Maka Soekarno menggunakan Sumpah Pemuda untuk mengecam para pemberontak yang ingin lepas dari Republik Indonesia.

Harian Merdeka menulis soal pidato Soekarno yang disampaikan tanggal 28 Oktober 1958. Secara

tegas Soekarno mengutuk para pimpinan PRRI-Permesta. Cuplikan berita itu ditulis Keith Foulcher, dalam buku Sumpah Pemuda, Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan yang diterbitkan Komunitas Bambu,

"Presiden Soekarno menjatakan dengan tegas kalau dia seperti Ahmad Husein, Simbolon, Somba dan Warouw, dia akan merebahkan diri di dalam hutan dan minta ampun kepada Allah SWT karena telah mendurhakai kemerdekaan bangsa Indonesia dan mendurhakai Sumpah Pemuda yang keramat itu."

Soekarno pun menggunakan Sumpah Pemuda saat menghadapi konfrontasi dengan Belanda di Papua dan Inggris di Malaysia. Satu Bangsa, Satu Tanah Air, Satu Bahasa, membakar semangat para personel TNI dan sukarelawan untuk diterjunkan di belantara Papua dan Kalimantan.

Di era Orde Lama, Sumpah Pemuda adalah senjata paling kuat untuk menggalang kekuatan massa. Jargon persatuan dalam sumpah pemuda juga digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Harian Rakjat yang terbit tahun 1958 mencatat pidato Aidit soal sumpah pemuda dan tekanan-tekanan yang mulai dirasakan oleh PKI.

"Hikmah jang dapat kita petik dalam memperingati Sumpah Pemuda jalah bahwa dalam keadaan bagaimana pun dan di atas segala-galanja kita adalah satu nation. Tidak peduli apa agama, kejakinan politik dan golongannja. Nation kita adalah nation yang berdjuang, anti imperialisme, patriotik dan demokratis.

Uniknya, Soekarno juga menggunakan Sumpah Pemuda untuk meminta Indonesia kembali kepada kebudayaan aslinya. Soekarno meminta para orangtua tak menamai anak-anak berbau Belanda.

Maka Sumpah Pemuda pun melawan budaya barat yang disebut Soekarno sebagai kebudajaan asing jang gila-gilaan.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar