Headlines News :
Home » , , , , , » Eksistensi Majapahit dalam Sejarah Bali

Eksistensi Majapahit dalam Sejarah Bali

Written By Unknown on Selasa, 06 November 2012 | 11/06/2012 07:58:00 AM

Amanat Bung Karno ''Jas Merah'', jangan sekali-kali melupakan sejarah dan berkumandangnya himne Majapahit akhir-akhir ini mendorong saya untuk menelusuri eksistensi Majapahit di Bali pada masa lalu. Pada masa pemerintahan raja Majapahit ke-3, Tribhuana Tungga Dewi dengan mahapatih Gajah Mada, berkali-kali mengirim utusan ke Bali agar Raja Bali pada waktu itu Sri Astasura Ratna Bhumi Banten mau mengakui kedaulatan Majapahit di Bali. Rupanya hal tersebut ditolak, sehingga Raja Bali diberi julukan Dalem Bedahulu. Atas penolakan tersebut, pada tahun 1343, Majapahit mengirim ekspedisi di bawah pimpinan Gajah Mada menyerang Kerajaan Bali.

Secara perang fisik disebutkan bahwa pasukan Majapahit kalah. Dengan mengibarkan bendera putih tanda menyerah, Gajah Mada bersama pimpinan pasukan yang sebagian besar keturunan eks tentara Tartar yang tertawan oleh pesekongkolan Raden Wijaya dan Arya Wiraraja, melakukan tipu muslihat dan berhasil membujuk dua panglima perang Kerajaan Bali yang tangguh, yaitu Pasung Grigis dan Kebo Iwa. Ketiga tokoh ini lalu menghadap Raja Sri Astasura. Gajah Mada mengatakan bahwa kedua panglima perang tersebut telah menyerah. Raja Bali tentu tidak bisa berbuat apa, kecuali mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaannya kepada Majapahit.

Memang sulit diterima akal sehat, seorang panglima perang yang gagah perkasa bisa diperdaya oleh musuh. Atas kejengkelan Gajah Mada akibat terbunuhnya ribuan pasukan Majapahit, kedua tokoh tersebut kemudian dieksekusi masing-masing di Majapahit dan Sumbawa. Batasan antara pejuang dan pengkhianat sulit ditentukan, tergantung dari sisi mana hal tersebut dipandang.

Pada akhir abad ke-15, kejayaan Majapahit mulai memudar dan akhirnya mengalami keruntuhan. Kekuasaan berpindah ke kerajaan Islam Demak di bawah Raden Patah. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Bubarnya Kerajaan Majapahit menyebabkan banyak tokoh atau orang Majapahit mencari suaka politik ke Bali. Secara etika politik, apabila pemerintah pusat Majapahit bubar, maka semua perwakilan di daerah pendudukan harus mengundurkan diri dan kembali ke tempat asal. Namun hal ini tidak terjadi. Mereka yang menuntut hak warisan Kerajaan Bali sebelum pendudukan oleh Majapahit, seperti Dalem Bungkut di Nusa Penida dan Kriyan Batan Jeruk di Gelgel diadu perang tanding (politik adu jangkrik) dengan saudara satu leluhur Udayana - Erlangga. Kedua pahlawan tersebut akhirnya terbunuh oleh saudara sendiri. Hal seperti ini mungkin hanya terjadi di Bali.

Sikap ksatria Kebo Parud yang menjabat sebagai perwakilan Singosari di Bali setelah Sri Jayasunu, Raja Bali, ditaklukkan oleh Kerthanegara pada tahun 1284, perlu dipuji. Dengan rendah hati, Kebo Parud meninggalkan Pulau Bali setelah Singosari runtuh ketika peperangan melawan Jaya Katwang pada tahun 1929.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar